KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji bagi Allah SWT, zat penguasa seluruh alam jagat
raya. Teriring pula salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW. Amin.
Sebagai wujud ikhtiar untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan
keterampilan mahasiswa di stai-ydi lubuk sikaping khususnya jurusan PAI.Kami menyusun makalah
ini berdasarkan fakta yang kami dapat berbagai sumber-sumber dan
literature-literatur yang dijamin kebenarannya. Kami berterima kasih kepada
semua pihak yang ikut membantu untuk terselesainya makalah ini. Kami menyadari
dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang budiman sangat kami
nharapkan untuk kesempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang. Demikian
pentingnya mata kuliah ULUMUL
HADIS II bagi mahasiswa pendidikan agama islam, maka
perlu diadakan makalah yang mampu merangsang kreativitas para mahasiswa.
Semoga kehadiran makalah ini dapat memberi mamfaat bagi kita semua
dalam menjalankan aktivitas belajar mengajar.
Lubuk
sikaping, oktober 2011
Penyusun
PEMBAHASAN
Imam Ath-Thurthusyi dalam
Al-Hawadits wal-Bida’berkata, “kata bid’ah berasal dari kata al-ikhtira, yaitu
sesuatu yang baru diciptakan tanpa ada contoh sebelumnya.”[1]di
antara yang masuk dalam kategori ini adalah firman allah,
“allah adalah pencipta langit dan bumi.” (QS. Al-baqarah: 117).
(Artinya, bahwa allah
menciptakan langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya).
Demikian pula firman Allah,
“katakanlah: ‘aku bukanlah rasul yang pertama diantara rasul-rasul (QS.Al-Ahqaf:9).
(artinya bahwa nabi Muhammad
adalah bukan rasul yang pertamakepada penduduk bumi ini.
Imam abn syamah ‘ala inkar
Al-Bida’ wa Al-Hawadits, mengatakan arti bid’ah adalah “kata bid’ah jika disebutkan
secara mutlak, maka maksudnya adalah perkara baru yang tidak baik yang ada
dalam agama.
Al-jauhar dalam Shihah
Al-Lughah berkata, “Badi’,mubtada’ dan bid’ah, adalah hal baru dalam agama
setelah agama dinyatakan sempurna.”dengan demikian definisi bid’ah adalah “cara
baru dalam agama yang dibuat untuk menyerupai syari’at dengan maksud untuk
melebihkan dalam beribadah kepada Allah SWT.
“cara baru dalam agama”
dimaksudkan bahwa cara yang dibuat itu disandarkan oleh pembuatnya kepada agama.
Tetapi cara baru itu sesungguhnya tidak ada dasar pedomannya dalam syari’at.
Cara dalam agama yang termasuk dalam kategori bid’ah adalah apabila cara itu
baru dan tidak ada dasar nya dalam syari’at.
“ungkapan menyerupai syari’at”
sebagai penegasan bahwa sesuatu yang diada adakan dalam agama itu pada
hakikatnya tidak ada dalam syari’at.
“ungkapan untuk melebihkan
dalam neribadah kepda allah”, itulah tujuan dari pelaku bid’ah menganjurkan
untuk tekun beribadah, karena manusia diciptakan hannya untuk beribadah kepada
allah. Dia merasa bahwa apa yang telah dilakukan dalam syari’at tentang
undang-undang dan hokum-hukum mencukupi, sehingga dia melebihkan-lebihkan dan
menambah-nambahkan.
B. HADIS QUDSI
a.
Pengertian
Hadis
qudsi secara bahasa berasal dari kata qudusa,
yaqdusu,qudsan, artinya suci atau bersih. Jadi hadis qudsi secara bahasa
adalah hadis yang suci.[2]
Secara
terminologi, dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa hadis qudsi adalah
segala sesuatu yang diberikan Allah SWT kepada nabi Muhammad, selain Al-Quran,
yang redaksinya disusun oleh nabi Muhammad SAW.
Untuk
lebih jelas, dibawah ini ada defenisi tentang hadis qudsi:
.
Sesuatu
yang diberitakan Allah SWT. Kepada nabinya dengan ilham atau mimpi, kemudian
nabi SAW menyampaikan berita itu dengan ungkapan-ungkapan sendiri.
.
Segala
hadis Rasul SAW. Yang berupa ucapan, yang disandarkan kepada Allah ‘Azza wa
jalla.”[3]
Hadis
qudsi ini sering disebut dengan hadis ilahiyah
atau hadis Rabbaniah. Dikatakan dengan hadis ini karena datang dari
Allah rabb al-‘alamin.
b.
Perbedaan Alquran degan Hadis
Qudsi Ada beberapa perbedaan antara Alquran
degan hadis qudsi dan yang terpenting adalah sebagai berikut.
1.
Alquran adalah
kalam Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah saw. degan lafal-Nya dan degan
itu pula orang Arab ditantang tetapi mereka tidak mampu membuat seperti Alquran
itu atau sepuluh surah yg serupa itu bahkan satu surah sekalipun. Tantangan itu
tetap berlaku krn Alquran adl mukjizat yg abadi hingga hari kiamat. Adapun
hadis qudsi tidak utk menantang dan tidak pula utk mukjizat.
2.
Alquran hanya
dinisbatkan kepada Allah sehingga dikatakan Allah Taala berfirman. Adapun hadis
qudsi seperti telah dijelaskan di atas terkadang diriwayatkan degan disandarkan
kepada Allah sehingga nisbah hadis qudsi itu kepada Allah adl nisbah dibuatkan.
Maka dikatakan Allah telah berfirman atau Allah berfirman. Dan terkadang pula
diriwayatkan dgn disandarkan kepada Rasulullah saw. tetapi nisbahnya adalah
nisbah kabar karena Nabi menyampaikan hadis itu dari Allah. Maka dikatakan Rasulullah
saw. mengatakan apa yang diriwayatkan dari Tuhannya.
3.
Seluruh isi
Alquran dinukil secara mutawatir sehingga kepastiannya mutlak. Adapun
hadis-hadis qudsi kebanyakan adalah kabar ahad sehingga kepastiannya masih
merupakan dugaan. Adakalanya hadis itu sahih hasan dan kadang-kadang daif.
4.
Alquran dari
Allah baik lafal maupun maknanya. Hadis qudsi maknanya dari Allah dan lafalnya
dari Rasulullah saw. Hadis qudsi ialah wahyu dalam makna tetapi bukan dalam
lafal. Oleh sebab itu menurut sebagian besar
ahli hadis diperbolehkan
meriwayatkan hadis qudsi degan maknanya saja.
5.
Membaca Alquran
merupakan ibadah krn itu ia dibaca dalam salat. Maka bacalah apa yang mudah
bagimu dalam Alquran itu. .
Persamaannya terdapat pada Nilai ibadah membacanya.
Nilai ibadah membaca Alquran juga
terdapat dalam hadis Barang siapa membaca satu huruf dari Alquran dia akan
memperoleh satu kebaikan. Dan kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipat. Aku
tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf. Tetapi alif satu huruf laam
satu huruf dan miim satu huruf. .
Adapun hadis qudsi tidak disuruh membacanya dalam
salat. Allah memberikan pahala membaca hadis qudsi secara umum saja. Maka
membaca hadis qudsi tidak akan memperoleh pahala seperti yang disebutkan dalam
hadis mengenai membaca Alquran bahwa pada tiap huruf mendapatkan sepuluh
kebaikan.[4]
c.
Contoh hadis Qudsi,
Dibawah ini beberapa contoh hadis Qudsi:
Dari
Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi SAW. Bersabda, “Allah SWT. Berfirman. ‘ada tiga
golongan yang aku menjadi musuh mereka kelak di hari Kiamat. Siapa yang aku
menjadi musuhnya, maka aku akan menjadi musuhnya. Seorang yang memberikan
(janji) kepada Ku lalu mengingkari. Seseorang yang menjual orang mereka, lalu
memakan hasil penmjualannya. Dan seorang mempekerjakan karyawan, lalu karyawan
itu memenuhi tugasnya, tapi orang itu tidak memenuhi upahnya’.” (H.R, Bukhari,
Ibn Majah, dan Ahmad)
.
Dari
Abu Dzar dari Nabi SAW., seperti yang beliau riwayatkan dari allah, bahwa Allah
Azza Wa jalla berfirman, “wahai hamba-hamba ku, sesungguhnya aku mengharamkan
perbuatan aniaya pada diri ku sendiri, dan aku jadikan ia diharamkan di antara
kalian karena itu, janganlah kalian saling berbuat aniaya.” (H.R,
Muslim)
d.
Perbedaan antara
hadis Qudsi dan hadis Nabawi
1.
Persamaan
Pada dasarnya kedua hadis ini sama-sama mempunyai
persamaan yaitu mempunyai sumnber dari Allah SWT. Hal ini dijelaskan oleh Allah
dalm firmannya :
Dan
tidaklah yang diucapkannya itu (al-quran) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapanya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan ( kepadanya )
(QS.
An-Najm,3-4)
Rasulullah SAW.juga bersabda,
Dari
Miqdam bin Ma’di Kariba, dari rasulullah SAW, beliau bersabda, ‘ingatlah
sesungguhnya aku diberi Al-kitab (Al-Quran) dan semisalnya’.
(H.R. Abu Dawud dan Ahmad)
2.
Perbedaan
Perbedaan antara hadis nabawi dan hadis qudsi
dapat dilihat dari segi penisbatan, yaitu hadis nabawi dinisbatkan kepada rasul
SAW, dan diriwayatkan dari beliau sehingga dinamakan hadis Nabawi. Hadis qudsi
dinisbatkan kepada Allah, sedangkan Rasul SAW. Menceritakan dan meriwayatkan
dari Allah SWT.oleh karena itu, ia dibatasi dengan sebutan ‘Ala-quds’ atau
‘Al-ila’ sehingga disebut hadis qudsi atau hadis ilahi, yakni penisbatan kepada
Zat Yang Maha Tinggi.
Jika
dalam suatu hadis terdapat kata-kata seperti,
.
Rasul
SAW. Telah bersabda, sebagaimana yang diterima dari tuhanya
Atau kata-kata
.
Rasul
SAW. Telah bersabda, “Allah SWT. Berfirman....”
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Bid’ah adalah sesuatu yang baru diciptakan tanpa ada contoh
sebelumnya, cara baru dalam agama yang dibuat untuk menyerupai syari’at dengan
maksud untuk melebihkan dalam beribadah kepada Allah SWT.
2.
hadis qudsi secara
bahasa adalah hadis yang suci. Secara
terminologi, hadis qudsi adalah segala sesuatu yang diberikan Allah SWT kepada
nabi Muhammad, selain Al-Quran, yang redaksinya disusun oleh nabi Muhammad SAW
3.
Perbedaan
antara hadis nabawi dan hadis qudsi dapat dilihat dari segi penisbatan, yaitu
hadis nabawi dinisbatkan kepada rasul SAW, dan diriwayatkan dari beliau
sehingga dinamakan hadis Nabawi. Hadis qudsi dinisbatkan kepada Allah,
sedangkan Rasul SAW. Menceritakan dan meriwayatkan dari Allah SWT.
Drs. M.
Agus Solahudin,M.Ag.,Agus Syuhadi,Lc. M.Ag.ulumul
hadis,
pustaka setia: bandung2009.
Dr. H. Munzier
Suparta,M.A, Ilmu hadis.rajawali
pers: jakarta2010
Ali Hasan Al Halabi Al Atsari,Membedah akar bid’ah.pustaka al-kautsar.jakarta timur.2002
[2]
Drs. M. Agus Solahudin,M.Ag.,Agus
Syuhadi,Lc. M.Ag.ulumul
hadis, pustaka setia: bandung2009,hal 25.
[4] Drs.
M. Agus Solahudin,M.Ag.,Agus
Syuhadi,Lc. M.Ag.ulumul
hadis, pustaka setia: bandung2009,hal 29.
[5] Drs.
M. Agus Solahudin,M.Ag.,Agus Syuhadi,Lc.
M.Ag.ulumul
hadis, pustaka setia: bandung2009,hal 26-28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar