Sabtu, 04 Februari 2012

BID’AH dan HADIS QUDSI


KATA PENGANTAR

 

Segala puja dan puji bagi Allah SWT, zat penguasa seluruh alam jagat raya. Teriring pula salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Amin.
Sebagai wujud ikhtiar untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan mahasiswa di stai-ydi lubuk sikaping  khususnya jurusan PAI.Kami menyusun makalah ini berdasarkan fakta yang kami dapat berbagai sumber-sumber dan literature-literatur yang dijamin kebenarannya. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu untuk terselesainya makalah ini. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang budiman sangat kami nharapkan untuk kesempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang. Demikian pentingnya mata kuliah ULUMUL HADIS II   bagi mahasiswa pendidikan agama islam, maka perlu diadakan makalah yang mampu merangsang kreativitas para mahasiswa.
Semoga kehadiran makalah ini dapat memberi mamfaat bagi kita semua dalam menjalankan aktivitas belajar mengajar.
                                                                                           
                                                                                           
                                                                                            Lubuk sikaping,   oktober 2011
                                                               
                                                                                                                         Penyusun


DAFTAR ISI




PEMBAHASAN

Imam Ath-Thurthusyi dalam Al-Hawadits wal-Bida’berkata, “kata bid’ah berasal dari kata al-ikhtira, yaitu sesuatu yang baru diciptakan tanpa ada contoh sebelumnya.”[1]di antara yang masuk dalam kategori ini adalah firman allah,


“allah adalah pencipta langit dan bumi.” (QS. Al-baqarah: 117).
(Artinya, bahwa allah menciptakan langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya).
Demikian pula firman Allah,

“katakanlah: ‘aku bukanlah rasul yang pertama diantara rasul-rasul (QS.Al-Ahqaf:9).
(artinya bahwa nabi Muhammad adalah bukan rasul yang pertamakepada penduduk bumi ini.
Imam abn syamah ‘ala inkar Al-Bida’ wa Al-Hawadits, mengatakan arti bid’ah adalah “kata bid’ah jika disebutkan secara mutlak, maka maksudnya adalah perkara baru yang tidak baik yang ada dalam agama.
Al-jauhar dalam Shihah Al-Lughah berkata, “Badi’,mubtada’ dan bid’ah, adalah hal baru dalam agama setelah agama dinyatakan sempurna.”dengan demikian definisi bid’ah adalah “cara baru dalam agama yang dibuat untuk menyerupai syari’at dengan maksud untuk melebihkan dalam beribadah kepada Allah SWT.
“cara baru dalam agama” dimaksudkan bahwa cara yang dibuat itu disandarkan oleh pembuatnya kepada agama. Tetapi cara baru itu sesungguhnya tidak ada dasar pedomannya dalam syari’at. Cara dalam agama yang termasuk dalam kategori bid’ah adalah apabila cara itu baru dan tidak ada dasar nya dalam syari’at.
“ungkapan menyerupai syari’at” sebagai penegasan bahwa sesuatu yang diada adakan dalam agama itu pada hakikatnya tidak ada dalam syari’at.
“ungkapan untuk melebihkan dalam neribadah kepda allah”, itulah tujuan dari pelaku bid’ah menganjurkan untuk tekun beribadah, karena manusia diciptakan hannya untuk beribadah kepada allah. Dia merasa bahwa apa yang telah dilakukan dalam syari’at tentang undang-undang dan hokum-hukum mencukupi, sehingga dia melebihkan-lebihkan dan menambah-nambahkan.

B.     HADIS QUDSI

a.      Pengertian

Hadis qudsi secara bahasa berasal dari kata qudusa, yaqdusu,qudsan, artinya suci atau bersih. Jadi hadis qudsi secara bahasa adalah hadis yang suci.[2]
Secara terminologi, dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa hadis qudsi adalah segala sesuatu yang diberikan Allah SWT kepada nabi Muhammad, selain Al-Quran, yang redaksinya disusun oleh nabi Muhammad SAW.
Untuk lebih jelas, dibawah ini ada defenisi tentang hadis qudsi:

.

Sesuatu yang diberitakan Allah SWT. Kepada nabinya dengan ilham atau mimpi, kemudian nabi SAW menyampaikan berita itu dengan ungkapan-ungkapan sendiri.

.

Segala hadis Rasul SAW. Yang berupa ucapan, yang disandarkan kepada Allah ‘Azza wa jalla.”[3]
Hadis qudsi ini sering disebut dengan hadis ilahiyah atau hadis Rabbaniah.  Dikatakan dengan hadis ini karena datang dari Allah rabb al-‘alamin.
b.      Perbedaan Alquran degan Hadis Qudsi Ada beberapa perbedaan antara Alquran degan hadis qudsi dan yang terpenting adalah sebagai berikut.
1.      Alquran adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah saw. degan lafal-Nya dan degan itu pula orang Arab ditantang tetapi mereka tidak mampu membuat seperti Alquran itu atau sepuluh surah yg serupa itu bahkan satu surah sekalipun. Tantangan itu tetap berlaku krn Alquran adl mukjizat yg abadi hingga hari kiamat. Adapun hadis qudsi tidak utk menantang dan tidak pula utk mukjizat.
2.      Alquran hanya dinisbatkan kepada Allah sehingga dikatakan Allah Taala berfirman. Adapun hadis qudsi seperti telah dijelaskan di atas terkadang diriwayatkan degan disandarkan kepada Allah sehingga nisbah hadis qudsi itu kepada Allah adl nisbah dibuatkan. Maka dikatakan Allah telah berfirman atau Allah berfirman. Dan terkadang pula diriwayatkan dgn disandarkan kepada Rasulullah saw. tetapi nisbahnya adalah nisbah kabar karena Nabi menyampaikan hadis itu dari Allah. Maka dikatakan Rasulullah saw. mengatakan apa yang diriwayatkan dari Tuhannya.
3.      Seluruh isi Alquran dinukil secara mutawatir sehingga kepastiannya mutlak. Adapun hadis-hadis qudsi kebanyakan adalah kabar ahad sehingga kepastiannya masih merupakan dugaan. Adakalanya hadis itu sahih hasan dan kadang-kadang daif.
4.      Alquran dari Allah baik lafal maupun maknanya. Hadis qudsi maknanya dari Allah dan lafalnya dari Rasulullah saw. Hadis qudsi ialah wahyu dalam makna tetapi bukan dalam lafal. Oleh sebab itu menurut sebagian besar  ahli hadis  diperbolehkan meriwayatkan hadis qudsi degan maknanya saja.
5.      Membaca Alquran merupakan ibadah krn itu ia dibaca dalam salat. Maka bacalah apa yang mudah bagimu dalam Alquran itu. .
Persamaannya terdapat pada Nilai ibadah membacanya. Nilai ibadah membaca  Alquran juga terdapat dalam hadis Barang siapa membaca satu huruf dari Alquran dia akan memperoleh satu kebaikan. Dan kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf. Tetapi alif satu huruf laam satu huruf dan miim satu huruf. .
Adapun hadis qudsi tidak disuruh membacanya dalam salat. Allah memberikan pahala membaca hadis qudsi secara umum saja. Maka membaca hadis qudsi tidak akan memperoleh pahala seperti yang disebutkan dalam hadis mengenai membaca Alquran bahwa pada tiap huruf mendapatkan sepuluh kebaikan.[4]

c.       Contoh hadis Qudsi,

Dibawah ini beberapa contoh hadis Qudsi:

Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi SAW. Bersabda, “Allah SWT. Berfirman. ‘ada tiga golongan yang aku menjadi musuh mereka kelak di hari Kiamat. Siapa yang aku menjadi musuhnya, maka aku akan menjadi musuhnya. Seorang yang memberikan (janji) kepada Ku lalu mengingkari. Seseorang yang menjual orang mereka, lalu memakan hasil penmjualannya. Dan seorang mempekerjakan karyawan, lalu karyawan itu memenuhi tugasnya, tapi orang itu tidak memenuhi upahnya’.” (H.R, Bukhari, Ibn Majah, dan Ahmad)
.

Dari Abu Dzar dari Nabi SAW., seperti yang beliau riwayatkan dari allah, bahwa Allah Azza Wa jalla berfirman, “wahai hamba-hamba ku, sesungguhnya aku mengharamkan perbuatan aniaya pada diri ku sendiri, dan aku jadikan ia diharamkan di antara kalian karena itu, janganlah kalian saling berbuat aniaya.” (H.R, Muslim)

d.      Perbedaan antara hadis Qudsi dan hadis Nabawi


1.      Persamaan
Pada dasarnya kedua hadis ini sama-sama mempunyai persamaan yaitu mempunyai sumnber dari Allah SWT. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalm firmannya :



Dan tidaklah yang diucapkannya itu (al-quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapanya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan ( kepadanya )
(QS. An-Najm,3-4)

Rasulullah SAW.juga bersabda,





Dari Miqdam bin Ma’di Kariba, dari rasulullah SAW, beliau bersabda, ‘ingatlah sesungguhnya aku diberi Al-kitab (Al-Quran) dan semisalnya’.
 (H.R. Abu Dawud dan Ahmad)

2.      Perbedaan
Perbedaan antara hadis nabawi dan hadis qudsi dapat dilihat dari segi penisbatan, yaitu hadis nabawi dinisbatkan kepada rasul SAW, dan diriwayatkan dari beliau sehingga dinamakan hadis Nabawi. Hadis qudsi dinisbatkan kepada Allah, sedangkan Rasul SAW. Menceritakan dan meriwayatkan dari Allah SWT.oleh karena itu, ia dibatasi dengan sebutan ‘Ala-quds’ atau ‘Al-ila’ sehingga disebut hadis qudsi atau hadis ilahi, yakni penisbatan kepada Zat Yang Maha Tinggi.
     Jika dalam suatu hadis terdapat kata-kata seperti,

.
Rasul SAW. Telah bersabda, sebagaimana yang diterima dari tuhanya
Atau kata-kata
.

Rasul SAW. Telah bersabda, “Allah SWT. Berfirman....”
Bisa dipastikan bahwa hadis tersebut adalah hadis qudsi.[5]


PENUTUP


Kesimpulan

1.       Bid’ah adalah sesuatu yang baru diciptakan tanpa ada contoh sebelumnya, cara baru dalam agama yang dibuat untuk menyerupai syari’at dengan maksud untuk melebihkan dalam beribadah kepada Allah SWT.
2.       hadis qudsi secara bahasa adalah hadis yang suci. Secara terminologi, hadis qudsi adalah segala sesuatu yang diberikan Allah SWT kepada nabi Muhammad, selain Al-Quran, yang redaksinya disusun oleh nabi Muhammad SAW
3.       Perbedaan antara hadis nabawi dan hadis qudsi dapat dilihat dari segi penisbatan, yaitu hadis nabawi dinisbatkan kepada rasul SAW, dan diriwayatkan dari beliau sehingga dinamakan hadis Nabawi. Hadis qudsi dinisbatkan kepada Allah, sedangkan Rasul SAW. Menceritakan dan meriwayatkan dari Allah SWT.




Drs. M. Agus Solahudin,M.Ag.,Agus Syuhadi,Lc. M.Ag.ulumul hadis, pustaka setia: bandung2009.

Dr. H. Munzier Suparta,M.A, Ilmu hadis.rajawali pers: jakarta2010
Ali Hasan Al Halabi Al Atsari,Membedah akar bid’ah.pustaka al-kautsar.jakarta timur.2002
  
[1] Ali hasan al halabi al atsari,membedah akar bid’ah.pustaka al-kautsar.jakarta timur.2002
[2] Drs. M. Agus Solahudin,M.Ag.,Agus Syuhadi,Lc. M.Ag.ulumul hadis, pustaka setia: bandung2009,hal 25.
[3] Dr. H. Munzier Suparta,M.A, Ilmu hadis.rajawali pers: jakarta2010 ,hal16.
[4] Drs. M. Agus Solahudin,M.Ag.,Agus Syuhadi,Lc. M.Ag.ulumul hadis, pustaka setia: bandung2009,hal 29.
[5] Drs. M. Agus Solahudin,M.Ag.,Agus Syuhadi,Lc. M.Ag.ulumul hadis, pustaka setia: bandung2009,hal 26-28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar